10. Salah Pilih (1928)
Penulis: Nur Sutan Iskandar
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis: kehidupan seseorang yang telah salah pilih dalam menentukan pilihannya.
9. Salah Asuhan (1928)
Penulis: Abdul Muis
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis: Karya sastra legendaris SALAH ASUHAN karya Abdul Muis, berkisah tentang seorang pria Minang yang mendapatkan seorang istri berkewarganegaraan asing. Pada zamannya, perbedaan kewarganegaraan menjadi persoalan serius, karena faktor budaya.
8. Sengsara membawa nikmat (1928)
Penulis: Tulis Sutan Sati
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis: Dari novel ini muncul tokoh yang mungkin masih anda kenal sampai sekarang, mengisahkan tentang kisah seorang pemuda shalih bernama Midun.
7. Pertemuan (1927)
Penulis: Abbas Soetan Pamoentjak
Penerbit: Balai Pustaka
6. Cinta yang membawa maut (1926)
Penulis: Nur Sutan Iskandar
Penerbit: Balai Pustaka
5. La Hami (1924)
Penulis: Marah Roesli
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis: perjuangan seorang pemuda yang gagah berani dalam mencari jati diri.
4. Tak Disangka (1923)
Penulis: Tulis Sutan Sati
Penerbit: Balai Pustaka
3. Apa dayaku karena aku seorang perempuan (1923)
Penulis: Nur Sutan Iskandar
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis: Kisah seorang perempuan yang harus mematuhi keingginan keluarganya demi martabat keluarga.
2. Siti Nurbaya (Kasih tak sampai), 1922
Penulis: Marah Roesli
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis:
Siapa yang tidak kenal dengan nama Siti Nurbaya, Siapa juga yang tidak kenal dengan Datuk Maringgih & Samsulbahri. Mereka merupakan tokoh-tokoh dari Novel terkenal Karya Marah Rusli.
Hampir semua kritikus sastra Indonesia menempatkan novel Sitti Nurbaya ini sebagai karya penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Secara tematik, seperti yang disinggung H.B. Jassin, Zuber Usman, Ajip Rosidi, Sapardi Djoko Damono, maupun Teeuw, novel ini tidak hanya menampilkan latar social lebih jelas, tetapi juga mengandung kritik yang tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Novel ini pula yang pertama kali menampilkan masalah perkawinan dalam hubungannya dengan persoalan adat, yang kemudian banyak diikuti oleh pengarang-pengarang Indonesia sesudahnya.
Pada tahun 1969, novel ini memperoleh hadiah penghargaan dari pemerintah Indonesia sebagai hadiah tahunan yang diberikan setiap tanggal 17 Agustus- kini Hadiah Tahunan Pemerintah ini tidak dilanjutkan lagi.
Berbagai artikel maupun makalah yang membahas novel ini sudah banyak ditulis oleh para pengamat sastra Indonesia, baik dalam maupun luar negeri. Hingga kini, ulasannya masih terus banyak dilakukan, baik dalam konteks sejarah kesusastraan Indonesia modern, maupun dalam konteks social dan emansipasi wanita.
1. Azab dan Sengsara (1920)
Penulis: Merari Siregar
Penerbit: Balai Pustaka
Sinopsis: Tema dari novel Azab dan Sengsara adalah permasalahkan perkawinan dalam hubungannya dengan harkat dan martabat keluarga. Novel ini mengkisahkan tentang kehidupan cinta seorang perempuan yang menyedihkan.
0 komentar:
Posting Komentar